WE LIVE FOR AN AUDIENCE OF ONE : GOD

BACAAN ALKITAB : 1 Timotius 6:11-21
PERENUNGANKU
Pernahkah Anda menonton film tentang para gladiator yang bertarung di Colloseum atau gelanggang Romawi lainnya. Film-film itu umumnya menggambarkan bahwa nasib para gladiator tidak hanya ditentukan oleh kemampuan bertarung saja, melainkan juga ditentukan oleh acungan jempol disebut pollice verso para penonton, khususnya acungan jempol para penguasa terutama kaisar yang menonton. Terlepas dari kenyataan bahwa historisitas dan makna pollice verso atau jempol terbalik tersebut masih meragukan, kita menangkap pesan bahwa mendapat perkenanan para penonton khususnya penguasa sangat penting bagi sang gladiator.

Dalam realitas kehidupan, mendapat perkenanan para penonton atau penguasa atau kaisar tidak hanya terjadi di gelanggang Romawi. Dalam buku The Fifth Discipline, Peter M. Senge menuliskan, “Pada saat anak-anak mencapai usia 10 tahun, mereka sudah tahu bagaimana menjadi unggul di sekolah dan menyenangkan guru mereka sebuah pelajaran yang mereka bawa sepanjang karir mereka ‘menyenangkan bos-bos mereka …’” Senge memperingatkan para pembacanya agar tidak sekadar menjadi people-pleaser (orang yang hanya berusaha menyenangkan orang lain).

Sebagai orang percaya, kita tidak boleh menjadi people-pleaser, melainkan kita harus menjadi God-pleaser (orang yang hidup untuk menyenangkan Allah). Bahkan, sesungguhnya, “We live our lives for an audience of one: God”—artinya kita menjalani hidup hanya bagi satu pribadi, yaitu Allah. Hal itulah yang Rasul Paulus ingatkan kepada Timo- tius di akhir surat 1 Timotius ini. Timotius dipanggil untuk memuliakan dan menyenangkan Allah melalui pelayanannya, dan dia telah mengikrarkannya di hadapan jemaat TUHAN. Oleh karena itu, Rasul Paulus mendorongnya untuk terus bertahan dalam pertandingan imannya dengan tidak bercacat dan tidak bercela hingga Tuhan Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

Kita tentu saja mempunyai panggilan hidup yang berbeda dari Timotius, tetapi ke mana pun kita dipanggil, kita hidup memuliakan dan menyenangkan Allah. Dibaptiskan dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, di hadapan Allah dan jemaat-Nya, kita telah mati bersama dengan Kristus, bangkit bersama-Nya, dan selayaknya hidup hanya bagi- Nya, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan? [HL]




Renungan Seorang Murid GKY Sunter / 2020