MEWUJUDKAN IMAN DALAM KEHIDUPAN

BACAAN ALKITAB : Yesaya 2
PERENUNGANKU
Salah satu kesulitan dalam memahami kitab nubuat para nabi seperti bacaan Alkitab hari ini adalah karena masa depan sering dibicarakan bersama dengan masa kini. Bagi pembaca pada masa nubuat itu disampaikan, pembedaan itu jelas. Akan tetapi, bagi kita saat ini, kita harus membedakan keduanya secara cermat. Perhatikan bahwa 2:2-5 membicarakan tentang masa depan yang ditandai oleh perkataan “pada hari-hari yang terakhir” (2:2). Keadaan masa depan ini amat berbeda dengan keadaan masa kini—yaitu masa saat Nabi Yesaya hidup dan melayani—yang diuraikan pada pasal 1 dan 2:6-22. Kita harus melihat masa depan sebagai sumber motivasi untuk mengoreksi sikap kita dalam kondisi saat ini.

Dari satu sisi, keadaan Yerusalem sebagai sumber pengajaran— bagi bangsa-bangsa lain—yang membawa perdamaian antar bangsa (2:2-5) adalah kondisi ideal yang menjadi pengharapan kita. Dari sisi lain, kondisi ideal ini seharusnya didambakan oleh orang Kristen pada segala zaman. Sepatutnya kita mendambakan bahwa kita akan bisa membawa damai di tempat kita berada saat ini. Saat dunia nyata maupun dunia maya dipenuhi konflik serta kata-kata kasar yang bersifat menyerang, apakah Anda telah berperan sebagai pembawa damai yang melontarkan kata-kata penyejuk yang menebar damai?

Kondisi umat Allah pada masa Yesaya amat memprihatinkan. Mereka meniru cara hidup bangsa-bangsa kafir. Mereka melakukan tenung dan sihir (2:6) serta menyembah berhala (2:8). Cara hidup semacam itu jelas melukai hati Allah (Ulangan 18:10-14; Keluaran 23:24; Ulangan 32:21). Yang amat menyedihkan, cara hidup yang buruk itu masih ditambah dengan sikap sombong (Yesaya 2:11-17). Orang berdosa harus bertobat agar bisa memperoleh pengampunan. Akan tetapi, supaya bisa bertobat, seseorang harus bersedia merendahkan diri di hadapan Tuhan untuk mengakui dosanya. Sampai saat ini, praktik penyembahan berhala masih tetap ada walaupun dalam bentuk yang berbeda. Ada banyak orang yang menyimpan dan menyembah keris atau benda-benda lain sebagai jimat yang dianggap mengandung kekuatan supranatural dan merupakan pelindung. Orang Kristen tidak boleh memiliki pelindung lain selain Allah. Pada masa pandemi yang sulit ini, apakah Anda tetap setia berlindung kepada Allah saja? [P]




Renungan Seorang Murid GKY Sunter / 2020