IMAM BESAR KITA | 我们的大祭司





BACAAN ALKITAB : Ibrani 5
Tak ada yang bisa menyangkal bahwa kehidupan di dunia ini tidak pernah terlepas dari masalah dan kesulitan. Kita bergumul hari lepas hari dalam banyak hal. Pengikut Kristus pun tidak kebal terhadap pergumulan dan tantangan. Kita selalu berada dalam ketegangan saat berusaha hidup taat dan setia kepada Allah dalam dunia yang penuh godaan dosa. Tidak jarang bahwa tuntutan untuk hidup berkenan kepada Allah menjadi beban yang memberatkan, bahkan menjatuhkan. Banyak orang kecewa terhadap hidupnya, lalu jatuh dalam dosa, dan bahkan lalu memilih untuk meninggalkan imannya. Dalam konteks pergumulan inilah, penulis Surat Ibrani menggambarkan Yesus Kristus sebagai penggenapan final dari peran imam besar dalam Perjanjian Lama. Imam ditunjuk oleh Allah dari antara kaumnya untuk menjadi penghubung antara Allah dengan manusia, terutama mewakili umat dalam menjalin relasi dengan Allah (5:1). Secara khusus, imam besar akan masuk ke Bait Allah setahun sekali di Hari Raya Pendamaian untuk mempersembahkan korban penebus dosa bagi umat. Tanpa imam besar, hubungan Allah dan manusia ibarat jembatan terputus yang dipisahkan oleh jurang yang dalam.


Namun, kabar baik dari kehidupan Kristen adalah bahwa kita tidak perlu berjuang dengan kekuatan sendiri untuk bisa berkenan kepada Allah. Kristus—sebagai Imam Besar yang sempurna—turut merasakan kelemahan kita saat Ia menjadi manusia, walaupun Ia sendiri tidak berdosa (4:15). Dia mengerti pergumulan kita, sekaligus Ia menebus dosa kita melalui karya-Nya di kayu salib. Saat kita berjuang menjalani hidup, Dia memahami—dan bahkan merasakan—cobaan seperti yang kita alami. Surat Ibrani mengingatkan kita bahwa sumber kekuatan untuk menjalani hidup tidak terletak pada kehebatan diri kita, tetapi di dalam diri Yesus Kristus yang menjadi Penghubung antara kita dengan Allah. Satu-satunya yang harus kita lakukan adalah tidak mengandalkan kekuatan diri kita sendiri, tetapi datang kepada Dia yang memahami dan memedulikan kita. Dalam kelemahan kita, tersedia kekuatan dari Allah seperti yang Ia katakan kepada Rasul Paulus, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Korintus 12:9). Saat Anda mengalami pergumulan, apakah Anda sudah membiasakan diri untuk datang kepada Kristus? [FT]





Renungan Seorang Murid GKY Sunter / 2021

圣经阅读:希伯来书 5

没有人能否认这世上的生活从来都没有脱离问题与困难。日复 一日我们在许多事上挣扎。跟随基督的人也不能免于面对挣 扎与挑战。当我们尽力要在这充满罪的诱惑的世界,过顺服尽忠于 上帝的生活时,我们始终都处在紧张的气氛中。许多时候过讨上帝 喜悦的生活的要求成为沉重的负担,甚至使人跌倒。许多人对自己 的人生失望,然后就跌在罪中,甚至选择放弃他们的信仰。就在这 种的挣扎层面上,希伯来书作者描写耶稣基督为旧约中大祭司角色 的最终成就,祭司由上帝在祂的子民中选派成为上帝与人之间的联 络者,主要是代表上帝的子民与上帝建立关系(5:1)。特别的是, 大祭司每年一次要在赎罪日进入圣殿为百姓祭上赎罪祭。没有大祭 司,上帝与人的关系就好像已断的桥梁,被深渊所隔绝。

然而,对基督徒生活而言的福音,就是我们不需靠自己的力 量去努力奋斗来讨上帝的喜悦。基督——作为完美的大祭司——成 为人时,也体恤我们的软弱,虽然祂没有犯罪(4:15),祂明白我 们的挣扎,同时透过祂在十字架上的赎罪大功赎了我们的罪。当我 们努力奋斗去过我们的生活时,祂明白——甚至感受——我们所经 历的试探。希伯来书提醒我们过生活的力量来源,不是在于我们有 何了不起,而是在耶稣基督里,祂是我们与上帝之间的联络者。我 们唯一必须做的是不依靠我们自己的力量,而是来到祂面前。祂了 解并关怀我们。在我们的软弱中,有来自上帝的力量,正如祂对使 徒保罗说的,“我的恩典够你用的,因为我的能力,是在人的软弱 上显得完全”(《哥林多后书》12:9)。当您经历挣扎时,您是否 已让自己习惯于来到基督面前?[戴恩恩传道/姚玲玲]




读 经 运 动 GKY/ 2021