20 Oct MENOLONG MEREKA YANG LEMAH
BACAAN ALKITAB : 1 Timotius 5:1-16
PERENUNGANKU
Sati atau sutee adalah tradisi keagamaan yang mengajarkan bahwa saat seorang suami meninggal, jandanya dapat memilih—belakangan menjadi kewajiban—untuk mati bersama dengan suaminya, baik dengan cara dikubur hidup-hidup atau ditenggelamkan bersama jasad suaminya, bahkan ada yang dibakar hidup-hidup bersama jasad sang suami. Saat William Carey dan rekan-rekan misionarisnya tiba di India dan menyaksikan praktik tersebut, mereka menentang tradisi tersebut dan mereka berjuang selama beberapa puluh tahun sampai akhirnya praktik tersebut resmi dilarang oleh hukum.
Para perempuan, apalagi janda, sering menjadi objek penderita dalam banyak budaya. Kekristenan menaruh perhatian yang sangat besar terhadap mereka. Banyak ayat dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang mencatat bahwa TUHAN melawat para janda. Tanpa suami yang mendukung, nyaris tidak ada kesempatan bagi para janda untuk mencari nafkah.
Para janda di abad pertama adalah kelompok yang sangat rentan saat berhadapan dengan masalah sosial, ekonomi, bahkan spiritual. Untuk menolong mereka, Rasul Paulus memberi beberapa arahan: Pertama, orang percaya harus memelihara anggota keluarga mereka yang berstatus janda: “… seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.” (5:8). Kedua, Rasul Paulus mengingatkan para janda—mungkin menunjuk kepada mereka yang ditinggal mati oleh suami yang berada—agar tidak hidup mewah. Ajaran ini ditekankan kepada semua orang percaya dan masih tetap relevan di zaman yang mendorong praktik hidup konsumtif seperti saat ini. Ketiga, Rasul Paulus menekankan bahwa para janda mempunyai tanggung jawab dalam gereja dan masyarakat. Rasul Paulus mendorong para janda yang masih muda untuk kawin lagi, beroleh anak, dan mengurus rumah tangga sebagai cara mereka memuliakan TUHAN. Rasul Paulus juga mengingatkan para janda yang sudah tua agar ikut melakukan berbagai jenis pelayanan.
Bagaimanakah sikap Anda terhadap kerabat Anda yang lemah dan kurang mampu? Apakah gereja sudah memberdayakan jemaat— termasuk yang paling lemah—dalam pelayanan gereja? [HL]
Renungan Seorang Murid GKY Sunter / 2020