Ruth 1- Kesetiaan pada Allah dalam Kekelaman

By. Vonny Thay

Tulisan ini saya dedikasikan bagi sahabat-sahabat saya yang sedang patah hati. Saat menghadapi kekelaman di dalam hati, yang seolah tiada pengharapan lagi.

Ketika engkau mencintai seseorang, engkau sedang menaruh hatimu di dalam tangannya. Ketika ia pergi meninggalkanmu, dia juga telah mencampakkan hatimu. Tiada kepedihan yang dapat menandingi dari pedihnya dari hati yang hancur karena ditinggalkan sang belahan jiwa, yang kepadanya telah kau berikan hatimu.

Norman Right dalam bukunya “ Let’s Just a Friend” mengatakan bahwa orang yang putus dengan sang kekasih, itu lebih berat dari pada mereka yang ditinggal mati oleh sang kekasih. Mengapa? Karena jika ditinggal mati, kita tahu bahwa orang yang kita cintai itu tetap mencintai kita, namun dia tidak dapat mendampingi kita. Namun bagi mereka yang patah hati, semua terasa berat, karena kita tahu bahwa dia sudah tidak mencintai kita lagi, dan bahkan kita dapat melihat dengan mata dan kepala kita sendiri dia berjalan dengan kekasih barunya. Itu jauh lebih menyakitkan.

Namun dibalik semua itu,. Meski terasa begitu kelam, tetap ada pengharapan didalam Kristus. Harapan itulah yang harus ditemukan dan digenggam erat. Karena tanpa pengharapan, kita tak’kan punya kekuatan untuk melangkah untuk melanjutkan hidup ini. Pengharapan itulah yang ingin saya bagikan dalam tulisan ini.

Rut, adalah seorang janda muda. Suaminya telah meninggal. Bukan hanya itu saja, kakak ipar dan bapak mertuanya juga meninggal. Kini dia hanya tinggal dengan ibu mertua dan juga istri kakak iparnya. Tiga orang  perempuan, tidak ada pria yang dapat melindungi dan menafkahi mereka. Mereka juga miskin, tidak memiliki apa-apa lagi. Sebuah kondisi yang mengenaskan. Itu sebabnya Naomi lebih suka dipanggil Mara yang artinya pahit.

Itu sebabnya ketika Naomi, ibu mertuanya, ingin pulang kembali ke Betlehem, Naomi meminta kedua menantunya, Orpa dan Rut untuk kembali ke rumah kedua orang tua mereka. Karena bagaimanapun juga, tinggal dengan kedua orang tua mereka jauh lebih baik daripada dengan dirinya apalagi di negeri yang asing bagi mereka. Jika Ruth dan orpha tetap di tanah Moab, masih ada kemungkinan mereka untuk menikah lagi. Namun Rut tetap bertekad untuk setia pada Naomi, apapun yang terjadi. Bukan hanya setia pada ibu mertuanya saja, tetapi juga pada Allahnya, YAHWE.  “ Allahmu adalah Allahku”, sebuah ikrar dan tekad dari Rut yang luar biasa.

Saya tidak habis berpikir, mengapa Rut mengikrarkan janji setinya pada Naomi dan terutama kepada Allah YAHWE? Padahal Rut adalah bangsa Moab, yang menyembah dewa lain. Dan setelah menikah, mungkin Rut baru mengenal YAHWE  lewat suaminya dan sekeluarga. Namun apa yang telah menimpa mereka sekeluarga adalah hal yang pahit, yaitu meninggalnya orang yang mereka kasihi 3 orang sekaligus. Naomi saja merasa bahwa tangan Tuhan telah mengacung kepadanya (Rut 1:13), menentangnya dan memberikan malapetaka (1:21) . Hati Naomi begitu pahit terhadap Tuhan, atas apa yang telah alami. Namun mengapakah hati Rut tidak ikut merasa pahit?

Naomipun  telah menjelaskan, bahwa dengan mengikutinya, Rut tidak punya pengharapan untuk menikah lagi. Mengapa? Karena Naomi tidak punya anak laki-laki lagi untuk diberikan pada Rut. Kalaupun Naomi menikah lagi dan punya anak, itu juga tidak mungkin.

Iman Ruth melampaui apa yang dia lihat. Rut tetap setia sekalipun tidak ada harapan untuk menikah lagi, juga tidak ada jaminan bahwa hidupnya akan membaik jika dia ikut ke Betlehem. Sekalipun dia juga telah mendengar bahwa di Betlehem sudah tidak ada kelaparan lagi, tetapi, di betlehem mereka adalah janda tampa pelindung .

Disinilah kita bisa melihat keindahan karakter Ruth. Ruth sama sekali tidak mementingkan dirinya sendiri. Kemungkinan terbesar mengapa Ruth tetap mengikuti Naomi adalah karena tidak tega membiarkan ibu mertuanya yang sudah tua itu sendirian menjalani hidup. Jika dia tetap bersama Naomi, Ruth masih punya tenaga untuk bekerja dan menjaga Naomi. Di pasal- pasal berikutnya akan kita lihat bagaima karakter indah dari seorang Rut yang akan membawa dia kepada kasih karunia Tuhan yang telah Tuhan sediakan.

Apa yang ingin saya katakan. Mungkin saat ini hati kita dalam kepahitan kepada Tuhan. Mengapakah Tuhan membiarkan kita mengalami semua kepedihan ini? mengapa harus bertemu namun kemudian harus berpisah? Mengapa harus mencintai,namun jika pada akhirnya harus dicampakkan? Mengapa Tuhan tidak mencegah semua hal itu terjadi? Mengapa Tuhan seolah-olah begitu kejam?

Dalam ketidakmengertian kita terhadap Tuhan, namun adakah kita memiliki iman Rut? Yang sekalipun menyaksikan Tuhan mengambil orang yang paling ia kasihi, Rut tetap setia kepada Tuhan. Sekalipun tidak ada pengharapan bahwa dia akan menikah lagi, Rut tetap setia mengikuti Naomi.  Adakah kita mau tetap setia ikut Tuhan dan melayani-Nya, meskipun jika pada akhirnya Tuhan tidak memberikan kita pasangan hidup? Adakah kita mengasihi Tuhan dengan seutuhnya?

Bersambung…