26 Mar Kepastian Jawaban Doa: Mintalah, maka Akan Diberikan Kepadamu
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan” (Matius 7:7-8).
Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa” (Yakobus 4:3a).
Tuhan kembali membicarakan tentang doa untuk kedua kalinya dalam Khotbah di Bukit. Yang pertama kalinya Dia berbicara tentang Bapa yang ditemukan di tempat tersembunyi namun memberikan penghargaan kepada kita secara terbuka, serta memberikan kita pola doa (Mat. 6:5-15). Di sini Dia ingin mengajari kita apa yang di dalam seluruh Kitab Suci dianggap hal utama dalam doa: keyakinan bahwa doa akan didengar dan dijawab. Perhatikan bagaimana Dia menggunakan kata-kata yang memiliki makna yang hampir serupa, dan setiap kali mengulang janji tersebut dengan begitu jelas: kamu akan menerima, kamu akan mendapat, pintu akan dibukakan bagimu. Kemudian hal ini menjadi landasan bagi kepastian hukum Kerajaan Allah bahwa ia yang meminta, menerima; ia yang mencari, mendapatkan; bagi yang mengetok, pintu akan dibukakan. Kita tidak bisa tidak merasakan bagaimana dalam pengulangan enam kali ini, Dia ingin menanamkan ke dalam pikiran kita akan kebenaran yang satu ini, bahwa kita boleh dan seharusnya dengan percaya diri mengharapkan jawaban atas doa kita. Selain penyingkapan tentang kasih Bapa, dalam seluruh mata pelajaran dari Sekolah Doa, tidak ada pelajaran yang lebih penting dibandingkan ini: Setiap orang yang meminta akan menerima.
Dalam ketiga kata yang Tuhan gunakan, mintalah, carilah, ketoklah, ada perbedaan makna. Jika memang demikian tujuan-Nya, maka yang pertama, MINTALAH, merujuk pada pemberian yang kita doakan. Namun, kita bisa saja meminta dan menerima pemberian itu tanpa Sang Pemberi. Kata CARILAH yang digunakan di sini adalah kata sering digunakan Alkitab mengenai Allah itu sendiri; Kristus memberikan kepastian bahwa kita dapat menemukan-Nya. Akan tetapi, tidaklah cukup untuk mencari Allah hanya pada saat kita butuh, tanpa datang kepada-Nya dalam persekutuan yang erat: KETOKLAH berbicara tentang izin untuk tinggal bersama dan di dalam-Nya. Meminta dan menerima pemberian akan menuntun kita pada pencarian serta mendapatkan Sang Pemberi, lalu pada akhirnya kepada pengetokan dan dibukanya pintu dari rumah dan kasih Bapa. Satu hal yang pasti: Tuhan ingin kita merasa pasti bahwa meminta, mencari, mengetok, tidak akan menjadi sia-sia. Menerima jawaban, mendapatkan Allah, hati dan rumah Allah yang terbuka, adalah buah doa yang pasti.
Bahwa Tuhan menganggap perlu untuk mengulangi kebenarannya dalam berbagai bentuk, menunjukkan bahwa hal itu adalah pelajaran yang sangat penting. Hal itu membuktikan bahwa Dia mengetahui hati kita. Bagaimana keraguan dan ketidakpercayaan terhadap Allah adalah alamiah bagi kita, dan betapa mudahnya kita untuk cenderung menjadikan doa sebagai kegiatan keagamaan tanpa adanya jawaban. Dia juga mengetahui bagaimana, bahkan ketika kita percaya bahwa Tuhan adalah Pendengar doa dan mempercayai doa menangkap janji Tuhan, pemahaman itu terlalu tinggi dan sulit untuk murid yang setengah hati. Karena itu pada awal instruksi-Nya kepada mereka yang ingin belajar berdoa, Dia berusaha meletakkan kebenaran ini pada kedalaman hati mereka: doa memang banyak faedahnya; mintalah maka kamu akan menerima; setiap orang yang meminta, menerima.
Ini adalah hukum kekal yang pasti dari Kerajaan Allah: jika Anda meminta dan tidak menerima, hal itu pasti karena ada suatu hal atau keinginan yang salah
Tunggu dulu; biarkan firman dan Roh Kudus mengajarkan Anda untuk berdoa dengan benar, tetapi jangan melepaskan keyakinan yang ingin Dia bangkitkan: Setiap orang yang meminta akan menerima.
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu.” Kristus tidak memiliki dorongan yang lebih besar untuk doa yang gigih dalam sekolah-Nya dibandingkan hal ini. Seperti seorang anak yang harus membuktikan sebuah penjumlahan adalah benar, bukti bahwa kita telah berdoa dengan benar adalah: jawabannya. Jika kita meminta dan tidak menerima, itu karena kita belum belajar untuk berdoa dengan benar. Biarlah setiap pelajar dalam Sekolah Kristus menangkap perkataan Sang Guru dalam segala kesederhanaannya: Setiap orang yang meminta, menerima. Dia memiliki alasan yang bagus untuk membicarakannya dengan tanpa syarat. Marilah kita berhati-hati agar jangan melemahkan firman dengan hikmat manusia kita. Saat Dia memberitahukan kita hal-hal surgawi, biarlah kita mempercayai-Nya: Firman-Nya akan menjelaskan dirinya sendiri kepada siapa yang percaya sepenuhnya. Bila pertanyaan dan kesulitan timbul, jangan biarkan hal tersebut tinggal sebelum kita menerima apa yang difirmankan. Jangan; marilah kita mempercayai semuanya kepada-Nya: adalah bagian-Nya untuk memecahkannya. Tugas kita adalah pertama-tama dan sepenuhnya menerima serta memegang erat janji-Nya. Biarlah dalam ruang dalam diri kita, dalam ruang dalam hati kita juga, Firman itu ditorehkan dalam huruf bercahaya: Setiap orang yang meminta, menerima.
Menurut ajaran Sang Guru ini, doa terdiri dari dua bagian, memiliki dua sisi, manusia dan Sang Ilahi. Manusia adalah yang meminta, Sang Ilahi yang memberikan. Atau, melihat keduanya dari sisi si manusia, ada permintaan dan penerimaan—kedua bagian yang menjadikannya utuh. Seolah-olah Dia sedang berkata kepada kita agar kita tidak berhenti berdoa tanpa sebuah jawaban, karena adalah kehendak Allah, peraturan dari keluarga Allah: setiap permohonan yang diiringi kepercayaan seperti anak-anak akan dikabulkan. Jika tidak ada jawaban yang datang, kita tidak akan duduk dalam kemalasan yang bernama kepasrahan, dan berpikir bahwa mungkin itu adalah kehendak Allah untuk tidak memberikan jawaban. Tidak; pasti ada sesuatu dalam doa yang tidak sesuai dengan keinginan Allah, yaitu seperti anak-anak dan percaya. Kita harus mencari anugerah untuk berdoa sampai jawaban itu datang.
Jauh lebih mudah bagi kedagingan kita untuk menyerah tanpa jawaban daripada berserah untuk diselidiki dan disucikan oleh Roh Kudus, sampai kita belajar untuk berdoa dengan iman.
Ini adalah tanda-tanda mengerikan dari penyakit hidup kekristenan di hari-hari ini, bahwa banyak yang mudah puas tanpa mengalami secara nyata jawaban dari doa. Mereka berdoa setiap hari, mereka meminta banyak hal, dan percaya beberapa doa itu akan didengarkan, tetapi hanya mengetahui sedikit tentang jawaban doa yang langsung dan pasti sebagai aturan hidup sehari-hari.
Dan inilah kehendak Bapa:
Dia mencari persekutuan dengan anak-anak-Nya setiap hari dengan mendengarkan dan mengabulkan permohonan mereka.
Dia menghendaki agar kita datang kepada-Nya hari demi hari dengan permintaan-permintaan yang berbeda;
Dia menghendaki hari demi hari melakukan apa yang kita minta.
Dalam jawaban doa dari-Nyalah, orang-orang kudus di masa lalu belajar untuk mengenal Allah sebagai Allah yang hidup, dan tergerak untuk memuji dan mengasihi-Nya (Mazmur 34, 66:19, 116:1).
Guru kita menunggu untuk menanamkan hal ini dalam pikiran kita: doa dan jawabannya, sang anak meminta dan sang ayah memberikan, tidak dapat dipisahkan.
Mungkin saja ada kasus saat jawabannya adalah sebuah penolakan, karena permintaannya tidak selaras dengan firman Allah, sama seperti ketika Musa meminta untuk memasuki Tanah Kanaan. Namun tetap saja ada jawabannya; Allah tidak meninggalkan hamba-Nya dalam ketidakpastian mengenai kehendak-Nya. Berhala orang fasik bodoh dan tidak dapat berbicara. Bapa kita membiarkan anak-Nya tahu ketika Dia tidak bisa memberikan apa yang dimintanya, dan anak-Nya akan menarik kembali permohonannya, sama seperti yang dilakukan Sang Anak di Taman Getsemani. Musa dan Kristus Sang Anak, keduanya mengetahui bahwa yang mereka minta tidak selaras dengan yang Tuhan katakan: doa mereka adalah permohonan yang rendah hati meski keputusannya tidak dapat diubah. Allah akan mengajari mereka yang bisa diajari dan memberikan-Nya waktu. Melalui firman dan Roh Kudus, Dia akan menunjukkan apakah permintaan mereka selaras dengan kehendak-Nya atau tidak. Marilah kita menarik kembali permohonan kita, jika hal itu tidak selaras dengan pikiran Allah, atau bertahan sampai sampai jawaban itu datang. Bagaimanapun, doa ditujukan untuk memperoleh jawaban. Dalam doa dan jawabannyalah, pertukaran kasih antara Bapa dan anak-Nya terjadi.
Betapa jauhnya keterasingan hati kita dari Allah, sehingga kita merasa sangat sulit untuk memahami janji-janji seperti itu. Bahkan ketika kita menerima Firman tersebut untuk mempercayai kebenarannya, iman dalam hati yang sepenuhnya memegangnya dan bersukacita dalamnya, ternyata datang dengan sangat perlahan. Hal itu karena hidup kerohanian kita masihlah sangat lemah, dan kapasitas untuk menerima pikiran Allah sangatlah kecil. Namun marilah kita memandang kepada Yesus untuk mengajarkan kita karena tidak ada yang dapat mengajar seperti-Nya. Jika kita menerima perkataan-Nya dalam kesederhanaan, dan mempercayai-Nya melalui Roh-Nya untuk menjadikan firman itu hidup dan penuh kuasa dalam diri kita, perkataan-Nya akan memasuki batin kita. Realita rohani yang ilahi dari kebenaran yang dikandungnya akan merasuki kita, dan kita tidak akan pasrah berpuas diri sampai setiap permohonan yang kita naikkan dijawab sorga berdasarkan perkataan Yesus sendiri: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu.”
Murid-murid dan teman terkasih dalam Sekolah Yesus, marilah kita menetapkan diri untuk mempelajari pelajaran ini dengan baik. Biarlah kita menerima perkataan firman ini sebagaimana mereka diucapkan. Janganlah kita menggunakan akal manusia untuk melemahkan kuasa perkataan firman ini. Marilah kita menerimanya sebagaimana Yesus memberikannya, dan mempercayainya. Dia akan mengajari kita pada waktunya untuk memahami perkataan firman tersebut sepenuhnya: mari kita memulai dengan mempercayainya secara implisit. Biarlah kita mengambil waktu, sesering kita berdoa, untuk mendengarkan suara-Nya: “Setiap orang yang meminta, menerima.”
Jangan sampai kita menggunakan pengalaman kita yang miskin akibat ketidakpercayaan kita menjadi ukuran dari apa yang diharapkan oleh iman kita.
Marilah kita mencari, tidak hanya dalam masa doa-doa kita, tetapi sepanjang waktu, untuk memegang erat jaminan doa yang mengandung sukacita ini: doa manusia di bumi dan jawaban Allah di surga dimaksudkan untuk satu sama lain.
Marilah kita mempercayai Yesus untuk mengajari kita bagaimana untuk berdoa sehingga jawaban itu datang. Dia akan melakukannya, jika kita memegang erat firman yang diberikan-Nya hari ini: “Mintalah, dan kamu akan menerima.”
(Diterjemahkan dan di rangkum oleh Vely Megawati
dari buku “With Christ in the School of Prayer“
Karangan Andrew Murray
pelajaran ke 5, halaman 25-28. )