Cara Mengatasi Kekhawatiran (Fil 4 : 4-9)

Sudah puluhan hari kita menapaki tahun 2020. Dalam memasuki tahun 2020 dengan tugas-tugas yang telah menanti serta masa depan yang tidak kita ketahui, tak jarang kita merasa takut atau khawatir.

Kekhawatiran yang dialami itu dapat menggerus sukacita dan damai sejahtera. Hal itu bisa pula membuat kita sulit tidur malam hari. Lantas, apa yang harus dilakukan untuk menghadapi ketakutan, kekhawatiran, atau kecemasan diri pada tahun yang baru ini?

Mari kita belajar bagaimana mengatasi kekhawatiran dari Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kota Filipi.

Ketika Paulus menulis surat kepada jemaat di Filipi, Paulus sendiri bukan berada dalam keadaan yang nyaman. Paulus sedang berada dalam penjara (1:7, 13-14).

Sebagai orang yang berada dalam penjara, tentu Paulus punya berbagai alasan untuk khawatir dan takut. Namun, dalam surat itu Paulus justru banyak menyebutkan kata sukacita (1:4, 18, 25; 2:2, 17, 18, 28, 29; 3:1; 4:1, 4, 10).

Karena itulah, kita akan belajar dari sosok Paulus, bagaimana dirinya mengatasi kekhawatiran serta tetap memiliki sukacita dan damai sejahtera. Bahkan, dalam keadaan sulit dan tidak menyenangkan.

Kita akan melihat Filipi 4:4-9 untuk belajar tentang bagaimana mengatasi kekhawatiran.

Paulus di Filipi 4:4 jelas berkata: bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: bersukacitalah! Ini tentu yang dikehendaki Paulus dari jemaat di Kota Filipi. Ia sampai mengatakannya dua kali.

Mengapa? Agar ayat 5 bisa terjadi, supaya kebaikan hati mereka bisa diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat sehingga mereka bisa menjadi berkat untuk orang lain, bisa menjadi saksi Kristus bagi orang lain.

Jika hati tidak bersukacita dan penuh kekhawatiran, jangan heran kita tidak akan bisa berbuat baik kepada orang lain. Jangan heran kalau kita tidak bisa menjadi saksi Kristus yang efektif bagi sesama. Jangan heran kita tidak bisa memperhatikan orang lain, peduli kepada mereka.

Kita saja sedang khawatir, sedang tidak bersukacita, bagaimana kita bisa menghibur orang lain? Kita sedang tidak punya sukacita dan kekuatan bagaimana kita bisa membagikan kekuatan dan sukacita dan menjadi berkat bagi orang lain? Kita tentu tidak dapat membagikan sesuatu yang kita tidak sedang punyai, bukan?

Satu bagian firman Tuhan dalam Nehemia berkata bahwa sukacita karena Tuhan adalah perlindungan kita (Nehemia 8:10). Dalam Alkitab bahasa Inggris versi NIV dikatakan “…Do not grieve, for the joy of the Lord is your strength.”

Jelaslah dalam bagian kita, harapan Paulus agar jemaat bersukacita dan menjadi berkat ini terhalang oleh sesuatu yang sering kali terjadi dalam hidup. Itu adalah kekhawatiran. Maka dari itu, Paulus dengan jelas menyatakan hal ini dalam ayat 6 : Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apapun juga.

Dalam diri kita masing-masing, tentu ada suatu derajat takut atau khawatir, yang mana dalam kadar tertentu hal ini bisa menjadi positif. Misalnya, khawatir nilai ujian jelek maka kita belajar. Kekhawatiran dalam kadar wajar akan mendorong kita berbuat sesuatu dan waspada.

Namun, acap kali kekhawatiran yang berlebihan justru dapat melumpuhkan kita. Misalnya, kekhawatiran yang membuat kita sampai mengalami insomnia (sulit tidur) hingga mengganggu kesehatan. Kekhawatiran seperti ini berlebihan dan Paulus minta jemaat di Filipi untuk meninggalkannya.

Nah, Paulus tidak hanya berhenti dengan berkata: “Jangan…(khawatir)”. Ia juga memberikan solusinya. Di ayat-ayat berikutnya, Paulus menyebutkan cara mengatasi kekhawatiran ini. Setidaknya, ada tiga cara yang Paulus lakukan dalam bagian ini untuk mengatasi kekhawatiran.

  1. Berdoa

Ya, cara mengatasi kekhawatiran yang pertama adalah berdoa dan datang kepada Tuhan. Saat khawatir, kita sering kali menghadapinya dengan kekuatan dan pikiran kita sendiri.

Rasul Paulus mengingatkan kita, ketika khawatir, langkah pertama yang mesti dilakukan adalah datang kepada Tuhan dalam doa. Nah, doa seperti apa atau bagaimana yang Paulus ajarkan di sini?

Tentunya, doa yang jujur, apa adanya kepada Tuhan, yang menyatakan isi hati kita. Seperti doa Hana, yang mencurahkan isi hati kepada Tuhan saat tengah bersusah hati (1 Sam 1:15).

Paulus mengatakan: berdoa, berdoalah dengan menyatakan dalam segala hal keinginanmu kepada Allah. Nyatakan apa penyebab diri kita khawatir. Nyatakan apa yang kita ingin Tuhan lakukan atas sesuatu yang dikhawatirkan itu. Nyatakan tanpa sungkan, apapun juga, dalam segala hal. Tuhan pasti mendengarkan.

Paulus mengajarkan bukan hanya berdoa dengan jujur kepada Allah tentang apapun, namun juga dengan permohonan disertai ucapan syukur. Apa maksudnya? Martyn Lloyd Jones dalam bukunya Buluh yang Terkulai mengatakan, doa yang dimaksud di sini berarti ibadah dan penyembahan. Jones berkata :

Paulus membedakan antara doa, permohonan, dan ucapan syukur. Apa yang dia maksudkan dengan doa? Istilah ini sangat umum dan kata ini berarti ibadah dan penyembahan. Jika Anda memiliki masalah yang tampaknya tidak dapat dipecahkan, jika Anda cenderung khawatir, memiliki beban berat, dan seseorang berkata pada Anda untuk berdoa, jangan terburu-buru datang pada Allah dengan permohonan Anda. Bukan demikian caranya. Sebelum Anda mengemukakan permintaan Anda pada Allah, berdoalah, beribadah, dan menyembah.[1]

Hal serupa turut disampaikan Dr. Ron Rienstra dalam suatu seminar yang kami ikuti tentang bentuk-bentuk doa dalam ibadah, yaitu kita perlu mengingat dahulu kepada siapa kita berdoa sebelum menyampaikan permintaan-permintaan kita. Dr. Ron menyatakan 4A sebagai struktur dasar dalam doa yang dapat kita pakai dalam doa, yaitu Address, Attribute/acknowledgement, Appeal, Aspiration.

Adapun contoh doa yang memiliki pola 4A ini sebagai berikut.

Misalnya kita berdoa ketika sedang menghadapi suatu ujian di sekolah : “Tuhan Allah yang adalah sumber hikmat, pengetahuan, dan kepandaian. Tuhan atas otak manusia dan yang menciptakan otak manusia (ini adalah bagian Address, kepada siapa kita berdoa. Kita bisa mencari sebutan tentang Allah ini dari Alkitab yang begitu kaya tentang Allah. Bagian ini misalnya diambil dari kitab Amsal 2:6).

Tuhan yang telah memberikan hikmat dan kepandaian kepada Salomo untuk memimpin bangsa Israel. Tuhan yang sudah memberikan hikmat kepada Daniel di Babel untuk mengartikan mimpi raja Nebukadnezar. Tuhan pula yang sudah memberikan hikmat dan kepandaian kepada Yusuf untuk mengartikan mimpi Firaun (ini adalah bagian attribute/ acknowledgement). Di dalam bagian ini kita mengakui hal-hal yang pernah dilakukan Allah di masa lalu di Alkitab.

Tuhan berilah juga kepandaian dan hikmat kepada saya dalam menghadapi ujian ini sehingga saya bisa belajar dengan baik, bisa mengingat, memahami, mengerti apa yang saya pelajari dengan baik (ini adalah bagian appeal / permintaan kita).

Biarlah ketika saya berhasil dalam ujian ini bukan nama saya yang dipuji, tetapi kemuliaan dan kebesaran-Mu dinyatakan melalui saya (ini bagian aspiration, yang menunjukkan untuk apa saya meminta hal yang saya minta. Bahwa saya meminta agar bisa belajar dengan baik, bukan untuk saya. Akan tetapi, untuk kemuliaan Tuhan semakin dinyatakan dalam hidup saya).

Kedua bagian A di atas yaitu address dan attribute/acknowledgement, terlihat juga sebagai suatu bentuk penyembahan dalam berdoa. Sebab, ketika kita mengingat Allah sedemikian rupa saat kita berdoa, hati kita akan tergerak untuk menyembah Allah karena kagum kepada Dia.

Berdoa dengan menyembah Allah dahulu seperti ini, bukanlah suatu syarat agar doa kita diterima dan didengar Allah. Ia mendengar doa bahkan yang paling sederhana sekali pun.

Bukankah dengan berdoa dan menyembah Allah, mengingat siapa Dia seperti ini, memperkaya kehidupan doa kita dan memberkati kita juga selain menyenangkan Allah juga?

Lebih lanjut, Jones juga mengingatkan tentang perlunya mengucap syukur dalam doa-doa kita selain hanya mengajukan permintaan atau permohonan saja secara langsung. Ucapan syukur juga biasanya mengalir dari hati ketika kita mengingat siapa Allah dan apa yang telah Dia lakukan dalam hidup kita. Jadi, belajarlah berdoa dengan pola seperti ini dalam doa-doa kita.

  • Merenungkan Kebenaran Firman Tuhan Siang dan Malam

Cara kedua untuk mengatasi hati dan pikiran yang khawatir adalah dengan merenungkan kebenaran firman Tuhan siang dan malam. Di sini, artinya termasuk memikirkan firman Tuhan siang dan malam.

Bahasa Paulus dalam bagian ini adalah seperti tertera pada ayat 8: “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”

Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil itu dan lain-lain itu adalah firman Tuhan. Beberapa bagian firman Tuhan yang juga menyatakan tentang perlunya merenungkan firman Tuhan siang dan malam dalam hidup kita adalah Yosua 1:8, Mazmur 1:2.

Betapa penting memikirkan dan merenungkan firman Tuhan siang dan malam dalam hidup kita daripada memikirkan hal-hal negatif yang sering muncul pada diri kita. Seperti ada sebuah kutipan yang pernah saya dapatkan dari seorang rekan: “select your mind as you select your clothes”.

Jadi, kita perlu memilih untuk memikirkan firman Tuhan dan merenungkannya setiap hari dalam kehidupan daripada kita memikirkan segala hal negatif yang sering muncul, termasuk kekhawatiran yang berlebihan.

Ada juga kutipan lain yang pernah saya dapatkan dari seorang Pastor : “Takut dan khawatir muncul saat kita merenungkan masalah, sedangkan iman dan pengharapan muncul saat kita merenungkan firman Kristus.”

Seberapa banyak kita memikirkan dan merenungkan firman Tuhan setiap hari? Seberapa banyak waktu yang kita sediakan untuk berinteraksi dengan firman Tuhan dalam hidup kita? Bagaimana kita berinteraksi dengan firman Tuhan setiap hari dalam hidup kita? Apakah hanya sambil lalu atau dengan menikmati firman Tuhan? Hal ini saya percaya juga akan memengaruhi tingkat kekhawatiran kita setiap hari secara siginifikan.  

Dengan perkataan lain, jika Saudara jarang berinteraksi dengan firman Tuhan maka tidak heran bila hidup Saudara dipenuhi dan dikuasai kekhawatiran berlebihan.

  • Action / Beraksi / Bertindak Melakukan Sesuatu yang Adalah Tanggung Jawab Saudara

Cara ketiga yang disampaikan Paulus untuk mengatasi kekhawatiran adalah dengan bertindak dan melakukan sesuatu yang harus kita lakukan daripada membiarkan diri dipenuhi kekhawatiran itu sendiri.

Sering kali kita khawatir karena berdiam diri saja dan membiarkan diri kita dikuasai dan memikirkan apa yang kita khawatirkan itu tanpa melakukan apa-apa. Hal ini disampaikan Paulus dalam ayat 9: “Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu…”

Hal ini seperti sebuah kutipan yang juga pernah saya dapatkan dari teman saya, yang kira-kira berbunyi demikian :“Saya sudah tidak punya lagi waktu untuk khawatir karena saya sudah sibuk melakukan hal yang harus saya lakukan.”

Jadi, misalnya ketika Saudara khawatir tidak lulus ujian, ya Saudara mesti bertindak dan action untuk membuat perencanaan belajar, bukannya terus membiarkan diri berdiam dengan pikiran khawatir tidak lulus tanpa melakukan apa-apa.

Ketika Saudara khawatir dengan tugas yang banyak dan tidak bisa Saudara selesaikan, ya Saudara membuat perencanaan untuk menyelesaikan tugas dan mulai kerjakan tugas tersebut satu-per satu. Bukan hanya berdiam diri dalam kekhawatiran.

Lebih lanjut, jika Saudara khawatir tidak bisa makan atau tidak punya uang untuk makan, ya Saudara bertindak dan bekerja melakukan sesuatu untuk memperoleh uang dan bukan hanya berdiam diri dalam kekhawatiran.

Intinya, salah satu cara untuk mengatasi kekhawatiran dalam hati dan pikiran adalah dengan bertindak melakukan sesuatu yang menjadi tanggung jawab Saudara, sesuatu yang harus Saudara lakukan berkenaan dengan kekhawatiran yang Saudara rasakan. Tidak hanya berdiam membiarkan diri makin dikuasai ketakutan dan kekhawatiran Saudara!

Damai Sejahtera Allah

Demikianlah ketiga hal yang perlu Saudara lakukan untuk mengatasi kekhawatiran yang menyerang Saudara setiap hari. Jika Saudara melakukan hal-hal ini maka firman Tuhan berkata bahwa damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus (Fil 4 : 7, 9). Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Jones, D. Martyn Lloyd. Buluh yang Terkulai:  Penyebab dan Terapi Depresi Rohani. Diterjemahkan oleh Liulita dan Wardani Mumpuni. Jakarta: Perkantas, 1996.


[1]D. Martyn Lloyd-Jones, Buluh yang Terkulai:  Penyebab dan Terapi Depresi Rohani, terj. Liulita dan Wardani Mumpuni  (Jakarta: Perkantas, 1996), 311.

Author : Jimmy