MENYERAHKAN KECEMASAN KEPADA-NYA

BACAAN ALKITAB : Mazmur 17
PERENUNGANKU
Pernahkah Anda dimusuhi oleh seseorang, padahal Anda merasa sama sekali tidak pernah berlaku jahat terhadap orang itu, bahkan mungkin selama ini Anda telah menganggap orang itu sebagai sahabat dan orang yang Anda kagumi, dan Anda telah beberapa kali menolong orang itu? Munculnya perasaan dikhianati, ditikam dari belakang, marah, kecewa, dan sedih adalah wajar. Akan tetapi, bagaimana supaya diri Anda tidak dikendalikan oleh perasaan Anda? Itulah yang penting dan menentukan tindakan Anda selanjutnya.

Daud sedang dikejar-kejar oleh Raja Saul saat menuliskan mazmur ini. Saul bukan sekadar membusukkan nama Daud di depan para petingginya (1 Samuel 20:25, 31), tetapi ia bertekad untuk membinasakan Daud dengan berbagai rencana penyergapan, padahal Daud adalah menantu Raja Saul sendiri. Lagi pula, Daud berjasa besar memenangkan peperangan demi peperangan bagi Raja Saul. Daud mempertaruhkan nyawanya bagi kerajaan yang dipimpin oleh Raja Saul. Tetapi, sesuatu telah terjadi dalam diri Raja Saul. Rasa tidak aman membuat Saul merasa iri dan curiga terhadap Daud (1 Samuel 18:6-30). Bagaimana reaksi Daud terhadap situasi ini?

Daud tidak menyusun skenario dan strategi untuk membalas Raja Saul, tetapi ia datang kepada Tuhan serta mencurahkan isi hatinya di dalam doa. Daud memohon Tuhan mendengar doanya. Dengan kesadaran dan kejujuran, ia menguji diri apakah ia telah berlaku jahat dengan tidak menaati firman Tuhan. Mengoreksi diri itu sangat penting agar kita memahami posisi kita di hadapan Tuhan serta bisa bersikap objektif dalam relasi dengan sesama. Kemudian, Daud membeberkan situasi yang dia hadapi serta meminta Tuhan menjadi Pembelanya. Berkali-kali Daud berhasil mengatasi desakan dalam dirinya dan dari orang lain untuk membalas perbuatan Raja Saul (1 Samuel 24 & 26)

Daud tidak bertindak gegabah, tetapi ia menghampiri dan menantikan Tuhan. Daud percaya penuh kepada Tuhan. Oleh karena itu, setelah berdoa, ia bisa tidur dan bangun dengan dipenuhi damai sejahtera. Situasi yang ia hadapi tidak mencengkeram dirinya. Rasa aman diletakkan pada percayanya kepada Tuhan yang menjaganya. Kiranya Tuhan menolong kita untuk bersikap seperti Daud saat menghadapi situasi yang sama atau mirip. [MN]




Renungan Seorang Murid GKY Sunter / 2020