PENGHARAPAN MESIANIS

BACAAN ALKITAB : Yesaya 32
PERENUNGANKU
Pengharapan tentang munculnya seorang raja yang memerintah dengan kebenaran dan diikuti oleh pemimpin-pemimpin di bawahnya yang memimpin dengan adil merupakan pengharapan yang biasa muncul saat negara diperintah oleh seorang raja yang jahat. Pada masa pelayanan Nabi Yesaya, raja Kerajaan Yehuda yang jahat adalah Raja Ahas. Salah satu kejahatannya yang menonjol adalah bahwa dia mem- persembahkan anaknya sendiri sebagai korban bakaran karena dia terpengaruh oleh kepercayaan penduduk asli Tanah Kanaan. (2 Raja- raja 16:2-3). Pengganti Raja Ahas—yaitu Raja Hizkia—adalah seorang raja yang baik. Sekalipun demikian, kerusakan moral yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Ahas masih meninggalkan pengaruh buruk. Raja Hizkia tidak sanggup mereformasi Kerajaan Yehuda secara total. Ibadah yang tidak tulus dan pengiriman utusan untuk meminta bantuan bangsa Mesir guna menghadapi serangan bangsa Asyur merupakan kelemahan Raja Hizkia yang membuat dia tidak bisa memenuhi syarat untuk menjadi raja yang ideal. Oleh karena itu, kemunculan seorang raja yang memerintah menurut kebenaran lebih tepat bila dikategorikan sebagai Pengharapan Mesianis. Hanya Tuhan Yesus-lah yang berani mengatakan bahwa Dia adalah kebenaran (Yohanes 14:6), sehingga Pemerintahan Mesianis yang menjadi pengharapan dalam kitab Yesaya ini adalah pemerintahan dengan Yesus Kristus sebagai raja.


Peringatan akan datangnya keadaan yang buruk dalam Yesaya 32:9-14 itu menunjuk kepada kondisi di Kerajaan Yehuda saat tentara Asyur menyerang. Walaupun kota Yerusalem tidak bisa direbut oleh tentara Asyur, kota-kota lain di Yehuda—di luar kota Yerusalem— dibuat porak-poranda oleh tentara Asyur. Jelas bahwa kondisi Kerajaan Yehuda saat itu amat berbeda dengan kondisi damai dan tenteram (32:17-18) yang seharusnya menjadi ciri pemerintahan seorang raja yang benar dan adil. Pemerintahan Kristus secara utuh baru berlangsung setelah Kristus datang untuk kedua kali ke dunia ini. Akan tetapi, saat ini, pemerintahan Kristus sudah terselenggara secara pribadi melalui Roh Kudus yang berdiam dalam kehidupan setiap orang percaya. Itulah sebabnya, orang percaya memiliki damai sejahtera yang berbeda dengan apa yang bisa diberikan oleh dunia ini (Yohanes 14:27). Apakah Anda sudah memiliki damai sejahtera itu? [P]






Renungan Seorang Murid GKY Sunter / 2020