HAUS AKAN ALLAH | 渴想上帝





BACAAN ALKITAB : Mazmur 42-43
Mazmur 42-43 ditulis oleh seorang Israel yang sedang mengalami pembuangan di Babel. Ia harus hidup di negeri asing yang merupakan negeri penyembah berhala. Perlakuan yang tidak manusiawi—seperti kerja paksa, makian, dan cemoohan—merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari umat Israel. Jiwa mereka sangat tertekan. Seolah-olah, Tuhan tak lagi hadir dalam kehidupan umat-Nya. Dalam keadaan seperti itu, pemazmur tidak tinggal diam. Dia mencari jalan keluar dari depresi rohani yang ia alami:

Pertama, pemazmur memiliki rasa haus akan Tuhan. Pemazmur menggambarkan dirinya bagaikan seekor rusa kurus yang sedang dalam keadaan sangat kehausan dan merindukan sungai yang berair (42:2-4). Analisa pemazmur yang sedang mengalami kondisi kekeringan rohani ini sangat tepat! Ada banyak orang yang sedang mengalami tekanan berat, namun sayangnya mereka tidak memiliki rasa haus akan Tuhan. Mereka justru berusaha memuaskan jiwanya dengan perkara duniawi.

Kedua, pemazmur mengingat kembali kebaikan Tuhan. Pemazmur mengingat kembali bagaimana dulu ia amat bersemangat menyembah Allah (42:5). Saat itu, hubungan pemazmur begitu intim dengan Allah. Ada kenikmatan dan sukacita yang tidak terkatakan saat itu. Ingatan tersebut membangkitkan pengharapan dalam hati pemazmur untuk bisa bersekutu kembali dengan Allah.

Ketiga, pemazmur melakukan self-talk atau berdialog dengan diri sendiri. Pemazmur tidak ingin jiwanya dihanyutkan oleh emosi negatif. Oleh karena itu, pemazmur berusaha untuk mengendalikan perasaannya dengan berkata-kata secara positif. Pemazmur berkata kepada jiwanya, “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku?” (42:6a). Di bagian lain, pemazmur memberi semangat kepada jiwanya dengan berkata, “Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (42:12b)

Ketika menghadapi pergumulan dan tekanan yang berat seperti pada masa pandemi saat ini, wajar bila kita mengalami kehausan akan Allah. Dengan mengingat kembali kebaikan Allah dan melakukan self- talk secara positif, kita akan menjadi siap untuk menghadapi gelombang kehidupan apa pun. [JP]




Renungan Seorang Murid GKY Sunter / 2021

圣经阅读:诗篇 42-43

诗篇42-43篇是一位正在被虏到巴比伦的以色列人所写的。作者 必须生活在拜偶像的异国他乡。不人道的待遇——比如,做 苦工、被咒骂、被侮辱——是以色列民日常生活的一部分。他们的 心灵受压抑;仿佛,上帝没有临格在其子民的生活中。在这样的情 形之下,诗人并非静默不言。 他在属灵的抑郁中找出路。

首先,诗人渴想上帝。诗人把自己描绘成非常口渴的瘦鹿, 极其渴慕溪水(42:1-3)。这样的描述,对经历灵命干渴的诗人来 说是很恰当的!有许多人正在经受沉重的压力,可惜他们对上帝却 无渴慕感。反过来,他们设法用世俗的东西来满足他们的心灵。

其次,诗人回想上帝的美善。诗人再度记起以前他如何热心 敬拜上帝(42:4)。当时诗人与上帝的关系是何等亲密。他获得口 舌难以形容的享受和喜乐。这美好的回忆激起诗人心中的盼望,他 向往能够再次跟上帝团契。

其三,诗人自言自语(self-talk)或者跟自己对话。诗人 不愿沉溺在消极的情感里。为此缘故,诗人设法用积极的言语来控 制自己的感情。诗人对自己的心灵说:“我的心哪 ,你为何忧闷? 为何在我里面烦躁?”(42:5上)。另外,诗人鼓励自己的心灵 说:“应当仰望上帝,因我还要称赞他。他是我脸上的光荣,是我 的上帝”(42:11下)。

现今疫情之下,面对沉重的挣扎和压力,我们渴想上帝乃是 理所当然的。回顾上帝的美善和积极地自言自语(self-talk),我 们将预备好去迎接人生中任何的惊涛骇浪。[郭拿单牧师/古建江]




读 经 运 动 GKY/ 2021