17 Jul PENDIDIKAN DAN TRANSMISI
BACAAN ALKITAB : Ulangan 6:1-5
PERENUNGANKU
Ulangan 6:4 disebut dengan Shema Israel. Sebutan ini berasal dari dua kata pertama dari ayat tersebut dalam bahasa Ibrani, yaitu shama‘ Yisra’el (ש מע ִי ש ָר אל ), yang berarti “Dengarlah, hai orang Israel”. Shema Israel merupakan doa penting yang secara rutin disebut dua kali sehari dalam doa harian orang Israel sampai hari ini. Orang Israel melakukan kebiasaan ini untuk memperkuat komitmen mereka bersama keturunannya bahwa mereka hanya menyembah kepada Tuhan Allah. Bahkan, menurut tradisi, Shema Israel yang kedua selalu dinaikkan sebagai doa di malam hari, sekaligus menjadi kalimat terakhir yang diucapkan orang tua kepada anaknya di malam itu. Orang tua tidak akan berkata lain lagi di malam itu, agar dalam keheningan malam, anaknya hanya mengingat doa dan pesan penting “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”
Tradisi yang dilakukan oleh orang Israel tersebut adalah wujud dari ketaatan mereka terhadap pesan yang terdapat dalam Ulangan 6:1- 2, yaitu agar mereka menaati perintah dan ketetapan yang Tuhan berikan, serta meneruskan ketaatan tersebut pada anak dan cucu mereka. Inilah yang disebut dengan transmisi dalam Pendidikan, yaitu meneruskan kebenaran dari generasi ke generasi.
Paul Kienel dalam Philosophy of Christian School Education mengatakan, “misi pendidikan adalah meneruskan (transmisi) kebenaran dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebenaran yang dimaksud tidak hanya berarti kumpulan informasi. Kebenaran itu juga meliputi pengembangan sistem kepercayaan atau cara memandang dunia (worldview) yang sangat memengaruhi perilaku seseorang”. Kita dipanggil untuk melaksanakan misi transmisi ini. Pertama, kita harus mengajarkan fiman Tuhan kepada anak-cucu kita agar mereka mengenal Tuhan, mengenal kehendak-Nya, dan terus beriman kepada Tuhan seumur hidup mereka. Kedua, kita juga harus mengajar anak-cucu kita tentang cara memahami dunia dari perspektif Tuhan supaya ketika mereka bertumbuh menguasai pengetahuan dan teknologi, mereka dapat menggunakannya dengan benar untuk memenuhi panggilan Tuhan. Dengan demikian, mereka tidak menjadi “korban” dari kemajuan zaman, tetapi mereka menjadi pemimpin di tengah kemajuan zaman. [PS]
Renungan Seorang Murid GKY Sunter / 2020